Saratoga Investama Pilih Investasi Sektor Kesehatan Untuk Energi Terbarukan

Saratoga Investama Pilih Investasi Sektor Kesehatan Untuk Energi Terbarukan

  • Admin
  • Apr 22, 2022
Saratoga Investama Pilih Investasi Sektor Kesehatan Untuk Energi Terbarukan

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk atau SRTG melihat peluang di sektor kesehatan dan energi terbarukan.

Perusahaan melihat pertumbuhan luar biasa di sektor perawatan di tengah pandemi COVID-19. Devin Wirawan, Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya, mengatakan, Saratoga dapat membangun 2-4 rumah sakit baru setiap tahunnya, tergantung permintaan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

“Saratoga, kami telah melihat pertumbuhan di sektor perawatan kesehatan yang dibantu, terutama dengan epidemi yang sangat besar. Kami bisa membangun 2-4 rumah sakit baru setiap tahun dan kami percaya kami membutuhkan perawatan kesehatan yang berkualitas.” kata Devin di pameran publik tahunan Saratoga Investama Sedaya, tertulis Jumat, 22/4/2022.

Untuk memajukan sektor kesehatan, Saratoga juga menjajaki cara menghimpun dana dari pasar modal. Perusahaan telah mengembangkan portofolio perusahaan yang disebut Primaya Hospital.

“Makanya saya kira sekarang saatnya menggunakan dana pasar modal untuk terus mengembangkan bisnis Primaya kita dan memberikan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia, ”katanya.

Perusahaan melihat sektor kesehatan berkembang sangat pesat. Oleh karena itu, perseroan mencari pembiayaan untuk ekspansi di bidang kesehatan.

“Jadi, sejak kami berinvestasi di Saratoga 4 tahun yang lalu, mitra kami terus menginvestasikan uang mereka dalam pinjaman. Kami tahu sektor ini masih berkembang sangat cepat, jadi kami ingin mengembangkan bisnis ini lebih cepat lagi. Kami ingin mengamankan dana baru untuk membantu Anda. ” katanya.

* Untuk memeriksa keaslian informasi yang disebarluaskan, masukkan hanya kata kunci yang Anda inginkan dan akses WhatsApp 0811 9787 670.

Selain sektor kesehatan, Saratoga akan fokus pada investasi di sektor energi terbarukan ke depan. Perusahaan telah mengatakan tidak akan berinvestasi di batu bara dan minyak sawit baru. Devin mengatakan pihaknya akan membantu Adaro Energy mendiversifikasi bisnisnya.

“Mereka sudah investasi di perusahaan yang memproduksi logam yang digunakan untuk stainless steel. Mereka juga berinvestasi di smelter aluminium, jadi tidak ada investasi di batu bara,’ katanya.

Perusahaan mendukung program pemerintah untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050. Karena itu, perusahaan tidak berinvestasi di batu bara dan kelapa sawit.

“Kami ingin mendukung pemerintah yang menargetkan nol emisi pada tahun 2050. Kami tidak akan memasuki industri di mana kami tidak memiliki pengalaman,’ kata Devin.

Sedangkan sebagai perusahaan investasi, emiten berkode saham SRTG ini menginginkan stabilitas. Saat ini, harga sumber daya alam masih tinggi. Ini karena masalah geopolitik di luar kendali manajemen.

“Kami sangat ingin harga stabil agar manajemen bisa membuat perencanaan yang lebih baik. Karena tiba-tiba permintaan terlalu banyak dan itu tidak baik. Jadi kami ingin harga stabil agar bisa menjalankan rencana bisnis kami. Nah , ” ucap Devin.

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyetujui pembagian dividen tunai Rp untuk tahun buku 2021. Rp 814 miliar disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis 21 April 2022. Pembagian dividen tersebut lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 298 miliar.

Dividen tunai tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham Saratoga Investama Sedaya yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada pukul 16.00 WIB pada tanggal 11 Mei 2022.

Pembayaran dividen kepada pemegang saham perseroan akan dilakukan pada 13 Mei 2022. Presiden Saratoga Investama Sedaya Michael William P. Soeryadjaya mengatakan pembagian dividen tersebut sebagai bentuk apresiasi atas dukungan perusahaan. Pemegang saham.

“Terima kasih kepada para pemegang saham kami untuk terus mendukung Saratoga. Kami dapat mengelola perusahaan kami dengan disiplin, efisiensi dan terukur untuk secara optimal dan berhasil menjalankan semua strategi investasi kami. Janji kami adalah bahwa setiap investasi di Saratoga memberikan “nilai tambah yang optimal bagi pelanggan, pemegang saham, dan perekonomian Indonesia,” kata Michael dalam keterangan resmi, Kamis, 21 April 2022.

RUPST Saratoga juga telah menyetujui dan menerima laporan tahunan perseroan untuk tahun buku 2021, mengesahkan laporan tugas pengawasan direksi perseroan, dan telah diaudit oleh kantor akuntan publik Siddharta Widjaja dan rekan-rekan (anggota perseroan) untuk tahun buku 2021. perusahaan KPMG Internasional).

Menurut pernyataan resmi, laporan keuangan konsolidasi Saratoga dan anak perusahaannya untuk tahun buku 2021 menerima pendapat yang tidak memihak dalam semua hal yang material.

Selain rapat umum pemegang saham ini, perseroan juga mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB-LB). Untuk agenda ini, pemegang saham telah menyetujui usulan dari manajemen Saratoga untuk membeli kembali hingga 45 juta saham.

Sebelumnya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana membeli kembali saham yang dikeluarkan perseroan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pembelian kembali saham treasury tersebut akan disetujui oleh rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada tanggal 21 April 2022, dan akan berlangsung sampai dengan rapat umum pemegang saham tahunan Saratoga Investama Sedaya, yang akan diselenggarakan selambat-lambatnya pada tanggal 21 April. 2022. 30 Juni 2023.

Biaya pelaksanaan pembelian kembali saham treasury sampai dengan Rp 150 miliar, termasuk biaya perantara dan biaya lain yang terkait dengan pembelian kembali saham.

Menurut pengumuman Saratoga, pembelian kembali saham tersebut mencapai 0,33% dari modal disetor perusahaan, atau sebanyak 45 juta lembar saham.

Pertimbangan utama bagi perusahaan ketika membeli kembali saham berkaitan dengan penerapan program insentif jangka panjang bagi karyawannya.

Selain itu, perusahaan berkeyakinan bahwa harga saham perusahaan saat ini tidak mencerminkan nilai atau kinerja perusahaan yang sebenarnya meskipun kinerjanya baik.

“Untuk itu, perusahaan mencari fleksibilitas agar perusahaan memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga sahamnya agar lebih mendokumentasikan nilai atau kinerjanya” Direksi 16) tulis saya di presentasi kutipan.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *